Ahli face recognition dari Inafis Polri memastikan foto wanita telanjang dalam kasus dugaan pornografi 'baladacintarizieq' bukanlah rekayasa alias asli. Hasil pemeriksaan ahli memastikan sosok wanita dalam foto tersebut adalah Firza Husein.
"Dari pengamatan secara mendetail, disimpulkan bahwa foto yang diserahkan penyidik untuk diperiksa tim Inafis Mabes Polri tersebut asli, bukan rekayasa," ujar ahli face recognition Inafis Mabes Polri Hery Cahyono kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (15/5/2017).
Hery menjelaskan pemeriksaan tersebut menggunakan metode algori tma geometrik wajah dengan alat yang dimiliki Inafis. Ahli mencocokkan foto-foto barang bukti dengan foto wajah Firza yang diambil langsung ketika pemeriksaan pada 4 Februari lalu.
"Jadi, ketika kami mendapatkan barang bukti dari penyidik, ada tiga keping CD, yang di dalamnya ada data-data berkaitan dengan foto-foto tersebut. Kita bandingkan, pada saat itu tanggal 4 Februari, kita melaksanakan pemeriksaan secara langsung. Kita memotret wajah FH ini, kemudian kita membandingkan dengan sistem yang ada di kami," terang Hery.
Dari hasil pencocokan tersebut, Hery memastikan foto wanita telanjang yang beredar di media sosial itu adalah Firza Husein.
"Ya, baik dari sistem algoritma yang saya sebut tadi, dia automatically, jadi hasilnya s ecara otomatis akan match," tegas Hery.
Hery menambahkan pihaknya membandingkan foto yang diambil langsung dari Firza dalam kondisi berkerudung ketika ditahan di Mako Brimob. Meski begitu, sistem algoritma geometrik wajah mendeteksi adanya kesesuaian foto di internet dengan foto Firza asli.
"Jadi, saya tekankan, algoritma geometrik wajah ini, dia mendeteksi. Jadi mungkin secara detailnya, ada sistem-sistem yang dia memetakan ada titik-titik geometrik wajah ini. Jadi, meskipun dia berkerudung atau dia ada rambutnya, dia secara sistem bisa membaca seperti itu," lanjutnya.
Ia melanjutkan, pengambilan foto Firza tersebut diambil dari delapan sudut yang berbeda, sehingga pemeriksaan dari sistem algoritma geometrik ini memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi.
"Jadi memang pada saat kami memotret secara langsung itu, justru kita memotret berbagai angle, (ada) dari samping. Itu untuk memudahkan sistem ini. Ketika datanya lebih akurat, lebih banyak yang kita input, dia akan lebih tajam hasilnya," sambungnya. (mei/idh) |